Matías Almeyda: Dari Gelandang Petarung ke Pelatih Progresif dengan Taktik Liar

Kalau kamu suka pemain yang kerjaannya ngacak-ngacak lini tengah lawan, sliding tackle licin, dan masih sempat distribusi bola dengan otak dingin, nama Matías Almeyda wajib banget lo kenal.

Di era 90-an sampai awal 2000-an, Almeyda bukan cuma pilar penting di tim-tim Serie A dan timnas Argentina, tapi juga jadi gelandang bertahan dengan mental petarung sejati. Terkenal karena stamina badak, tackle bersih, dan keberanian buat duel 90 menit non-stop.

Tapi yang bikin dia menarik adalah: setelah pensiun, dia gak “menghilang” kayak banyak mantan gelandang bertahan. Dia balik lagi ke dunia sepak bola sebagai pelatih, dan gaya main tim-tim racikannya? Progresif. Energik. Total.


Awal Karier: Dari Pemandian Kuda ke Stadion Piala Dunia

Matías Almeyda lahir 21 Desember 1973 di Azul, Argentina. Dia mulai karier di klub lokal, lalu masuk akademi River Plate, salah satu klub raksasa Argentina. Di sanalah skill-nya diakui:

  • Tangguh
  • Punya distribusi bola yang underrated
  • Gak takut kontak fisik

Debutnya di River Plate langsung mencuri perhatian. Meski posturnya gak segede gelandang bertahan Eropa, dia punya daya jelajah dan insting pertahanan yang alami.

Gak lama, dia jadi starter tetap River dan idola fans.


Timnas Argentina: Gelandang Serba Bisa

Almeyda main buat timnas Argentina di era transisi:

  • Generasi pasca-Maradona
  • Era awal Batistuta, Verón, Simeone

Dia main di:

  • Piala Dunia 1998
  • Copa América 1996 & 1999
  • Jadi tandem kuat di tengah bareng Simeone

Kalau kamu nonton Argentina waktu itu, Almeyda sering jadi pemotong aliran bola lawan. Tapi bukan tipe gelandang yang buang bola jauh — dia tetap punya ketenangan distribusi, dan itu yang bikin dia selalu masuk starting XI pelatih-pelatih top.


Karier Klub di Eropa: Pengembaraan Gelandang Petarung

1. Sevilla (1996–1997)

Langkah awal Almeyda di Eropa. Meski cuma semusim, dia udah kelihatan punya “nyali” dan kualitas buat main di level top.

2. Lazio (1997–2000)

Inilah era emas Almeyda:

  • Jadi inti di bawah pelatih Sven-Göran Eriksson
  • Juara Serie A 1999–2000
  • Juara Coppa Italia dan UEFA Super Cup
  • Duet sama Nedved, Verón, dan Simeone

Dia bukan cuma pelengkap. Di Lazio, Almeyda itu jantung pertahanan di lini tengah. Lawan-lawan yang bawa bola ke zona dia? Selamat mencoba lolos dengan celana kering.

3. Parma (2000–2002)

Transfer mahal waktu itu. Di Parma, Almeyda tetap tampil oke, walau cedera mulai ganggu.

4. Inter Milan (2002–2004)

Di Inter, Almeyda udah agak menurun, tapi masih berperan penting buat keseimbangan tim. Bareng Vieri, Zanetti, dan Recoba, dia jadi “pembersih” sebelum bola sampai ke barisan belakang.

5. Brescia & Quilmes

Menutup karier dengan lebih tenang, sempat bantu Diego Maradona sebagai pelatih di Argentina, lalu vakum beberapa waktu… sebelum comeback yang gak disangka-sangka.


Comeback Sebagai Pemain & Pelatih Sekaligus

Tahun 2009, Almeyda kembali dari pensiun buat bantu River Plate yang saat itu terancam degradasi. Gila ya? Udah usia 35, badannya gak muda lagi, tapi dia rela turun tangan langsung.

Setahun kemudian, saat River benar-benar degradasi ke divisi dua (Primera B Nacional), Almeyda langsung dikasih kepercayaan jadi pelatih kepala. Bayangin, langsung dari lapangan ke pinggir lapangan, no pause. Dan hasilnya?

River promosi lagi ke kasta tertinggi.


Gaya Melatih: Tekanan Tinggi, Ritme Cepat, dan Fokus Kolektif

Pelatih-pelatih jebolan gelandang bertahan biasanya punya dua sisi:

  • Fokus taktik
  • Gaya agresif

Dan Almeyda punya dua-duanya. Tapi dia juga nambahin:

  • Tekanan tinggi sejak menit awal
  • Rotasi posisi yang fluid
  • Passing pendek cepat + transisi brutal

Tim racikan Almeyda = chaos terorganisir.

Dia gak suka tim lambat dan pasif. Mau di Meksiko atau MLS, dia selalu bikin timnya jadi yang paling “ngotot” dan dinamis.


Sukses Besar di Luar Negeri

1. Guadalajara (Chivas)

  • Juara Liga MX
  • Juara Copa MX
  • Juara CONCACAF Champions League 2018

Almeyda bikin Chivas yang tadinya ngebosenin jadi tim paling fun dan sulit ditebak. Fans cinta banget, dia bahkan dianggap “Messiah kedua” setelah masa emas Chivas.

2. San Jose Earthquakes (MLS)

Biarpun skuadnya gak elite, Almeyda bikin Earthquakes:

  • Punya pola press gila
  • Gol banyak, kebobolan juga banyak (chaotic fun)
  • Jadi salah satu tim paling menarik ditonton di MLS

3. AEK Athens (2022–Sekarang)

Baru-baru ini, Almeyda gabung AEK di Liga Yunani, dan langsung kasih dampak besar:

  • Juara Liga Super Yunani 2022/23
  • Taktik pressing-nya jalan mulus
  • Pemain muda berkembang pesat

Karakter: Kalem di Media, Tapi Ganas di Taktik

Di depan kamera, Almeyda tenang dan profesional. Tapi saat pertandingan?

  • Aktif banget di pinggir lapangan
  • Gak ragu ubah formasi di tengah laga
  • Sering beri kepercayaan ke pemain muda

Dia punya aura “ayah sekaligus jenderal.” Dan itu bikin dia disukai pemain dan fans.


Legacy: Gelandang Bertahan Klasik yang Jadi Pelatih Visioner

Matías Almeyda adalah bukti bahwa:

  • Gak semua gelandang bertahan cuma bisa tackle
  • Sepak bola modern butuh pelatih yang ngerti chaos
  • Mentalitas baja bisa ketular ke seluruh tim

Mau di Serie A, Argentina, Meksiko, MLS, atau Eropa Timur… gaya main Almeyda selalu agresif, progresif, dan bikin lawan gak nyaman.


Penutup: Matías Almeyda Adalah Simbol Semangat Total di Mana Pun Dia Berdiri

Dulu dia jagain pertahanan tim dengan tackle tajam dan posisi disiplin. Sekarang, dia jagain sisi teknis tim dari pinggir lapangan dengan taktik berani dan pressing cepat.

Gelandang petarung yang naik pangkat jadi pelatih tempur.

Dan siapapun yang pernah nonton tim racikannya, pasti ngerti:
Almeyda bukan pelatih biasa — dia bikin tim lo hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *